Tuesday 10 January 2023

MASSAGE OLAHRAGA

MASSAGE OLAHRAGA

Massage 

Massage adalah seni ilmiah dan sistem assesmen dan juga penerapan teknik tertentu secara manual pada jaringan lunak superfisial kulit, otot, tendon, ligamen, dan fasia, serta struktur yang terletak di jaringan superfisial[1]. Massage merupakan terapi alami yang dapat dilakukan dimana saja dan dapat dilakukan tanpa menggunakan peralatan apapun[2]. Massage umumnya menggunakan tangan untuk pemijatan, karena tangan terhubung langsung ke otak dan dapat merasakan perubahan kepadatan jaringan. Para terapis massage menganggap pilihan terbaik saat melakukan massage dengan menggunakan tangan daripada menggunakan alat seperti busa. Dengan kata lain massage sepenuhnya pekerjaan yang menggunakan tangan. Keajaiban ada di tangan: tekanan yang diterapkan pada jaringan tubuh dengan tujuan merusak jaringan tersebut sehingga menyebabkan reaksi kimia[3]. 

Massage secara konvensional diyakini dapat meredakan nyeri otot, akan tetapi efek dari massage hanya memberikan rasa lega pada jaringan otot yang sifatnya sementara[4]. Massage hanya memiliki efek lokal pada metabolisme yang terutama disebabkan oleh peningkatan sirkulasi di seluruh area yang dimassage. Meskipun massage diberikan pada permukaan tubuh, hal itu mempengaruhi struktur yang terletak jauh di dalam tubuh[5].

Efek mekanis dari massage termasuk meredakan kelelahan otot dan mengurangi pembengkakan yang berlebihan. Massage bisa sangat bermanfaat saat mengobati jenis peradangan tertentu. Massage juga meregangkan adhesi otot. Tekanan mekanis dan peregangan jaringan membantu memobilisasi adhesi otot untuk dihilangkan oleh sistem peredaran darah. Massage juga meningkatkan sirkulasi darah. Meremas otot-otot yang rileks mengosongkan pembuluh darah ke arah tekanan yang diberikan. Ini merangsang kapiler kecil untuk membuka dan meningkatkan aliran darah di area yang dimassage. Saat istirahat, kira-kira 4 persen kapiler terbuka; ini dapat ditingkatkan menjadi 35 persen melalui pemijatan. Hasil akhirnya adalah peningkatan ketersediaan darah segar ke area yang dimassage, memungkinkan pertukaran zat yang lebih besar antara kapiler dan sel jaringan[6]. 

Massage Olahraga

Massage olahraga adalah ilmu dan seni menerapkan pijatan atau teknik tertentu untuk menjaga atlet tetap bugar dan mampu meningkatkan performa atletik[7]. Tangan, kaki, lutut, lengan, siku, dan lengan bawah digunakan untuk penggunaan sentuhan eksternal secara sistematis. Massage olahraga merupakan salah satu  aplikasi dari massage yang diterapkan secara khusus untuk olahraga. Massage dalam olahraga dimaksudkan untuk mendukung kebugaran, mengurangi stres fisik, meningkatkan performa dan memperpanjang atau mempersingkat waktu recovery.

Massage olahraga diketahui pertama kali diperkenalkan oleh Herodicus dari sekitar 500 SM[8]. Herodicus dianggap oleh banyak orang sebagai 'father of Sports Medicine'. Herodicus adalah guru Hippocrates (469–399 SM), yang dianggap sebagai 'Bapak Kedokteran'. Hippocrates mendalilkan bahwa cedera atlet tidak boleh dianggap sebagai akibat dari aib para Dewa, melainkan terkait dengan aktivitas atletik. Sejarah modern massage olahraga dimulai pada tahun 1924 saat Olimpiade di Paris. Galen (c. 150 C.E) merupakan seorang tabib Romawi yang terkenal, pernah menjadi tabib para gladiator. Galen memberikan instruksi untuk memijat ke seluruh tubuh dan ke segala arah "agar seluruh serat otot terpijat secermat mungkin". Galen percaya bahwa pijat setelah latihan, yang disebut Apotherapeia, membantu menghilangkan sisa sekresi yang dihangatkan dan diencerkan setelah latihan olahraga yang masih terperangkap di bagian tubuh yang padat atau penyebab kelelahan. Hal ini merupakan bukti yang menunjukkan bahwa massage khususnya dalam olahraga telah digunakan di banyak peradaban kuno.

Pelari Finlandia Paavo Nurmi, dijuluki "flying finn", membawa terapis massage pribadi. Paavo memenangkan 5 medali emas dalam acara lari dan kemudian mengklaim bahwa program pelatihannya mencakup massage. Pada tahun 1982, AMTA mengembangkan program pelatihan pijat olahraga nasional dan pada tahun 1985 sebagai bagian dari kampanye publisitas. Mereka membentuk Tim Pijat Olahraga Nasional. Tokoh kunci dalam perkembangan ini adalah seorang pelatih atletik dan terapis pijat bernama Benny Vaughn. Segera setelah itu, tim dibubarkan[9]. Matt Bullock, mantan pelatih atletik untuk University of Illinois, judul bukunya ‘Athletic Training Methods To Massage’. Bullock menggunakan pengalamannya selama 11 tahun untuk menggabungkan "pengetahuan dan metode latihan  atletik modern". Bullock menyarankan siswa untuk mengikuti terapis pijat terlatih, tetapi juga mendorong mereka untuk mengembangkan teknik mereka sendiri dengan mengikuti beberapa aturan dasar. "Dia menginstruksikan siswa untuk memperoleh 'pengetahuan umum yang baik tentang struktur anatomi dan pemahaman menyeluruh tentang kondisi orang [atlet] untuk siapa dia bekerja.'' Bullock mengajarkan siswa untuk merencanakan sesi dan memilih teknik untuk mencapai efek yang diinginkan.

Massage telah digunakan di seluruh dunia selama ribuan tahun sebagai sarana rehabilitasi dan relaksasi. Banyak pelatih, atlet, dan ahli kedokteran olahraga percaya bahwa massage dapat meningkatkan recovery dari latihan, mengurangi risiko cedera, dan mempertahankan performa atletik. Massage Barat klasik atau Massage Swedia[10] adalah jenis massage yang paling umum digunakan oleh para olahragawan[11]. Massage Swedia terdiri dari effleurage, petrissage, friction dan tapotement. Berikut uraian massage Swedia :

1. Effleurage

Effleurage merupakan gerakan sapuan horizontal dibuat dengan jari, tangan, atau lengan bawah, biasanya sejajar dengan serat otot di bawahnya, bidang fasia, atau pola dermatom. Ini adalah teknik diagnostik dan terapeutik utama yang digunakan dalam terapi massage dan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Variabel dasar dari aplikasi ini adalah:

  • Tekanan: dangkal atau dalam
  • Arah: longitudinal atau transversal (ke serat otot)

Kata effleurage berasal dari bahasa Perancis effleureer yang berarti melewati. Teknik effleureer merupakan bentuk teknik massage di mana tangan meluncur di atas kulit dengan gerakan membelai dan selalu digunakan di awal, di antara dan akhir pijatan. Teknik effleurage dapat digunakan dengan tekanan dan kecepatan yang bervariasi tergantung tujuan dan tahapan pemijatan. Effleurage meliputi light stroking, firm stroking dan deep stroking[12]. 

Gambar 1. Contoh effleurage tubuh bagian belakang (Sumber: Cash, 1996) 

2. Petrissage 

Petrissage merupakan gerakan mengangkat, menggulung, meremas dan melepaskan jaringan, paling sering dengan tekanan yang berirama dan bervariasi. Variasi bisa satu tangan, dua tangan, tangan bergantian, menggambar dan kulit berputar[13]. Teknik petrissage dapat menghilangkan kecemasan, meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan secara positif mengubah respons alergi. Selain itu, petrissage telah terbukti meningkatkan mobilitas jaringan ikat dan ekstensibilitas otot, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan kinerja otot, dan meningkatkan gerakan sendi. Teknik ini merangsang sirkulasi, umumnya melonggarkan dan melembutkan jaringan, dan memiliki efek pemanasan yang hebat. Namun, jika jaringan terlalu tegang karena cedera ringan atau kelelahan, petrissage mungkin terasa tidak enak dan menjengkelkan. Jika demikian, pijatan yang lebih dangkal harus digunakan terlebih dahulu sebelum mencoba melakukan teknik Petrissage lagi.

petrissage

Gambar 2. Contoh Petrissage tubuh bagian belakang (Sumber: Fritz, 2005) 

3. Friction 

Friction adalah salah satu teknik pemijatan tertua yang diketahui dan telah disebutkan dalam teks medis dan kesehatan sejak zaman kuno. Friction terdiri dari gerakan kecil dan dalam yang dilakukan di area lokal. Friction memberikan kekuatan geser ke jaringan. Gesekan menciptakan peradangan terapeutik. Teknik Friction digunakan pada otot, ligamen, tendon, dan selubung tendon untuk pencegahan dan pengobatan pembentukan jaringan parut. Teknik ini memecah jaringan parut, meningkatkan ekstensibilitas dan mobilitas struktur, mempromosikan orientasi normal serat kolagen, meningkatkan aliran darah jadi dengan demikian, mempercepat penyembuhan, mengurangi tingkat stres, dan memungkinkan penyembuhan terjadi. 

Friction adalah pijatan kuat dan kecil yang dilakukan bolak-balik di area terisolasi dengan bantalan jari atau ibu jari dengan tekanan yang cukup besar dibandingkan dengan teknik massage lainnya. Bantalan jari atau ibu jari bergerak dengan kulit dalam arah melingkar atau melintang dan dapat menempel pada otot, tendon, dan ligamen. Friction gerakannya berdampingan ke arah serat oleh karena itu sering disebut sebagai "gesekan melintang". Penting untuk dipahami bahwa teknik friction benar-benar mengganggu jaringan lama agar nanti menghasilkan serat yang baru dan karenanya harus digunakan dengan cermat dan hanya jika diperlukan. Friction dapat menyebabkan peradangan kecil yang terkontrol pada struktur ligamen, yang juga merangsang produksi kolagen.  

Gambar 3. Contoh Friction tubuh bagian belakang (Sumber: Cash, 1996)

4. Tapotement

Tapotement adalah teknik yang baik untuk merangsang otot. Tapotement adalah manipulasi stimulasi yang beroperasi melalui respons saraf. Teknik perkusi dilakukan dengan kedua tangan dibentuk menjadi bentuk cangkir yang dangkal memukul kulit secara bergantian dengan batas lateral jari kelima masing-masing tangan melibatkan gerakan pukulan ritmis bergantian atau simultan dari tangan ke tubuh. Saat jari-jari lainnya saling berdekatan saat memukul kulit menciptakan efek perkusi atau suara khas yang terdengar dalam namun lembut dengan kata lain menghasilkan suara hampa, bukan suara tamparan.  

Karena efek rangsangannya yang kuat pada sistem saraf, tapotement memulai atau meningkatkan aktivitas simpatis sistem saraf otonom. Efek manipulasi bersifat refleksif kecuali untuk hasil mekanis perkusi dalam melonggarkan dan menggerakkan lendir di dada. Ini adalah stroke pilihan untuk melonggarkan dahak dan lendir di saluran udara. Bekam tidak boleh diterapkan di atas tonjolan tulang, di atas jaringan payudara pada wanita, dan di atas lokasi patah tulang. Tapotement adalah pukulan yang lebih efektif untuk menghilangkan asam laktat daripada petrissage. Membantu mengurangi nyeri otot tampaknya melalui membantu mengurangi nyeri otot yang tertunda (DOMS). DOMS disebabkan oleh pelepasan mediator kimiawi, peningkatan kadar cairan ekstraseluler, dan sensitisasi ujung saraf di area tersebut akibat kerusakan jaringan yang terkait dengan aktivitas tersebut. Massage membantu menghilangkan kelebihan cairan dari area tersebut dan memasukkan zat untuk membantu perbaikan jaringan. Sejauh membantu penyembuhan cedera, mereka telah menunjukkan bahwa massage meningkatkan kemampuan jaringan untuk sembuh lebih cepat.

Gambar 4. Contoh Tapotement tubuh bagian belakang (Sumber: Benjamin, 2005) 

Didalam olahraga umumnya massage digunakan sebagai salah satu teknik recovery untuk memfasilitasi recovery yang lebih cepat antar set[14] dengan peregangan ringan pada otot antagonis dan dengan melakukan massage otot agonis di antara set[15]. Sebagai bagian dari rencana recovery, massage dapat dilakukan sebelum latihan atau kompetisi disebut massage tahap persiapan dan setelah kompetisi atau latihan disebut massage tahap pemulihan. Massage tahap persiapan biasanya dilakukan 15-25 menit setelah pemanasan umum dan dirancang agar tubuh tetap rileks, mencegah tubuh menjadi dingin dan mengatur emosi sebelum bertanding. Massage tahap pemulihan atau massage relaksasi dapat diterapkan setelah kompetisi atau berolahraga. Jenis massage relaksasi dimulai 20-30 menit setelah kompetisi atau sesi latihan berakhir dan dapat berlangsung selama 7-12 menit. Massage yang dilakukan 1-2 jam setelah latihan yang berat harus berlangsung selama 15-20 menit. Jika olahraga menyebabkan kelelahan yang parah, massage dapat dilakukan beberapa kali sehari[6].

Massage juga merupakan salah satu metode pasif yang dapat digunakan dalam kegiatan pemanasan untuk meningkatkan performa fisik dengan melibatkan manipulasi mekanis jaringan tubuh yang diterapkan secara ritmis[16]. Terapi massage memiliki dampak besar pada jaringan ikat. Reaksi massage membuat jaringan ikat lebih cair, memungkinkan lebih banyak gerakan dan aliran, meningkatkan aliran darah yang lebih baik, dan dengan cepat membuang racun yang menyakitkan dari area tersebut. Waspadai penggunaan massage yang berlebihan gunakan hanya teknik recovery khusus yang memulihkan dan menyegarkan dan tidak menganggu performa atlet[17]. Massage tidak boleh terlalu keras tetapi harus individual dan harus diterapkan dari bagian terluar tubuh ke arah jantung.

Adapun Dasar-dasar teknik massage olahraga meliputi: sliding, kneading, compression, skin lifting, percussion, superficial friction, deep friction, and vibration[7]. Berikut uraian tiap-tiap teknik dasar massage olahraga : 

1. SLIDING

Sliding dilakukan dengan menggerakkan tangan melintasi kulit dari satu tempat ke tempat lain dan menekan secara merata. Sliding biasanya dilakukan dengan minyak atau krim untuk mengurangi gesekan dan iritasi. Sliding sangat bagus dan mudah dipelajari, serta memiliki banyak variasi dan kegunaan. 

Basic Sliding: Tangan tetap rileks dan sejajar dengan permukaan tubuh selama melakukan gerakan. Gerakan geser panjang dilakukan di sepanjang area pijatan dengan tekanan yang sama. Tekanan berkurang pada tulang yang menonjol seperti siku atau tempurung lutut. Saat gerakan meluncur dilakukan dalam satu arah, tangan bergerak kembali ke titik awal dengan meluncur secara dangkal di atas permukaan kulit. Tekanan pukulan balik cukup untuk mempertahankan kontak

Faltering Effleurage: adalah kombinasi Sliding dan superficial friction yang ditemukan dalam massage Rusia. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan sedikit atau tanpa minyak dan memiliki efek pemanasan dan stimulasi. Dalam Faltering Effleurage, tangan meluncur pendek dan cepat secara bergantian di atas kulit

Thumb Slides: Sliding ibu jari di sepanjang otot tertentu dari sektor ke sektor pijatan sambil memberikan tekanan kuat. Segmen distal atau ibu jari adalah titik kontak. Ibu jari harus dalam garis lurus dengan jari-jari lengan bawah agar tidak merusak sendi ibu jari.

Broadening: Broadening mengacu pada teknik slide pertama yang dilakukan menekan otot dan jaringan fasia dan kemudian meluncur melintasi bagian pijatan dengan tegak lurus dengan panjang serat otot. Fungsi ini memperluas atau memisahkan jaringan. Teknik pemanjangan dapat digunakan pada otot perut dan tendon

2. COMPRESSION 

Dalam teknik kompresi, jaringan dikompresi terhadap jaringan lunak dan tulang di sekitarnya. Dalam pijat olahraga, jenis kompresi yang paling umum adalah kompresi palmar dan kompresi digital. Teknik kompresi palmar digunakan untuk meningkatkan sirkulasi lokal dan teknik kompresi digital digunakan untuk berbagai aplikasi "titik" atau titik tertentu.

Palmar Compression : dilakukan dengan meletakkan tangan pada kelompok otot dengan telapak tangan saling tumpang tindih. Bidang penerapan teknik ini adalah telapak tangan dan tumit, di mana jari memainkan peran yang lebih kecil. Perhatikan bahwa tangan atas bertumpu pada tulang metakarpal tangan bawah, bukan pergelangan tangan. Arahkan jari ke arah yang sama untuk menjaga pergelangan tangan dalam posisi netral. Menekan pergelangan tangan saat melakukan bench press atau memberikan tekanan saat pergelangan tangan dalam keadaan hiperekstensi dapat menyebabkan cedera pergelangan tangan.

Digital Compression : adalah teknik sederhana yang dilakukan dengan ibu jari, ujung jari atau siku. Tekanan yang cukup diterapkan untuk menekan jaringan di bawahnya. Kompresi digital dapat diterapkan poin demi poin ke otot tertentu atau sebagai aplikasi yang lebih lama ke titik tertentu

3. SKIN LIFTING 

Dilakukan dengan mengambil lapisan atas kulit dan mengangkatnya dengan lembut dari jaringan otot di bawahnya. Ada berbagai cara untuk pergi dari satu tempat ke tempat lain yang mencakup area tertentu, dapat menggunakan dua tangan berdampingan untuk mengangkat, melepaskan, dan menggerakkan area kulit yang lebih luas.  Juga dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara bergantian dengan tangan kiri dan kanan. Jika kulit kendur dapat ditahan dan menggulung kulit dengan ibu jari, menekan kulit ke jari yang berlawanan, teknik terakhir ini disebut skin rolling. 

4. KNEADING 

Dasar kneading dimulai dengan tangan dalam posisi telapak tangan penuh. Saat memijat kelompok otot yang lebih besar seperti paha depan, gunakan gabungan dua tangan. Tekan dan angkat terlebih dahulu dengan satu tangan lalu dengan tangan lainnya dalam gerakan berirama dan bergantian. Ulangi gerakan ini di berbagai titik di sepanjang otot perut dengan kecepatan sedang. Berhati-hatilah untuk tidak mencubit kulit atau jaringan lemak. Sesuaikan tekanan untuk menghindari rasa sakit atau memar.

5. PERCUSSION 

Perkusi adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang menggunakan perkusi tubuh yang cepat dan berirama. Enam bentuk perkusi yang biasa digunakan dalam sport massage adalah beating, hacking, slapping, cupping, pincement, and tapping.

Beating : Dalam bentuk perkusi yang disebut beating, tangan dikepal ringan. Gunakan sisi tangan yang sedikit empuk dan jari kelingking membentuk permukaan yang mencolok. Pergelangan tangan tetap longgar, tidak kaku selama gerakan

Hacking : Saat hacking, tangan dipegang sedemikian rupa sehingga telapak tangan saling berhadapan, dan jari-jari diluruskan dengan sedikit menekuknya. Kelingking yang kelima lebih santai dari yang keempat; yang keempat lebih santai dari yang ketiga; dll. Jari kelingking dan ujung jari keempat dan ketiga membentuk permukaan utama yang mencolok. Sisi tangan juga bisa ditepuk ringan.

Slapping: Dalam slapping, tangan dipegang dengan telapak tangan menghadap ke badan atlet. Gunakan seluruh permukaan telapak tangan atau hanya bantalan jari untuk menepuk kulit dengan ringan. 

Cupping : Dalam cupping, tangan dipegang sedemikian rupa sehingga ibu jari dan jari-jari saling menekan dan sedikit ditekuk, dengan permukaan telapak tangan cekung membentuk cangkir. Permukaan yang mencolok adalah tepi luar "cangkir" yang dibentuk oleh kelingking, ujung jari, ibu jari, dan telapak tangan. Bagian tengah telapak tangan tidak bersentuhan. Suara berongga dihasilkan selama massag.

Tapping : Dalam Tapping, ujung jari atau bahan yang lembut mengetuk kulit. Ini adalah teknik perkusi yang paling halus dan berguna untuk wajah, kepala, dan dada.

Pincement : tangan dipegang dengan telapak tangan menghadap ke tubuh atlet. Jempol dan jari digunakan untuk menggenggam atau melepaskan jaringan di atasnya dengan lembut. Tekan dengan cepat, tetapi jangan menekan kulit secara agresif.

6. FRICTION 

Friction adalah salah satu teknik massage tertua yang diketahui dan telah disebutkan dalam teks medis dan kesehatan sejak zaman kuno. 

Superficial Friction: berfungsi untuk merangsang dan meningkatkan aliran darah superfisial untuk menghasilkan efek pemanasan. Misalnya, menggosok kulit dengan cepat saat kedinginan adalah hal yang normal. Gesekan permukaan dapat digunakan di salah satu dari beberapa posisi tangan yang berbeda (misalnya telapak tangan, buku jari, atau sisi tangan). Bagian yang digunakan bergerak bolak-balik dengan cepat pada permukaan kulit sehingga menimbulkan gesekan. Hasilnya adalah kemerahan dan pemanasan jaringan 

Deep friction : Gesekan yang diarahkan ke jaringan yang lebih dalam sangat spesifik dalam penerapannya dan oleh karena itu diterapkan pada area kontak kecil dengan ibu jari, ujung jari atau telapak tangan. Tangan tidak bergerak di atas permukaan kulit seperti saat menggosok permukaan, tetapi menggerakkan kulit di atas jaringan di bawahnya. Ketika tekanan yang lebih dalam diterapkan, gerakan pada titik-titik kecil dalam struktur seperti ligamen atau ligamen seperti tendon dapat digerakkan terhadap jaringan di sekitarnya.

7. VIBRATION 

Vibration adalah gerakan pijat yang berulang dan lebih terfokus yang melibatkan gerakan kecil yang sangat cepat. Gerakan vibration halus atau kasar yang menciptakan respons refleksif. Teknik vibration diterapkan dengan gerakan gemetar di ujung jari atau tangan. Tangan pada posisi telapak tangan penuh bertumpu ringan pada kulit.  Vibration adalah teknik yang dilakukan dengan meletakkan kedua tangan di kulit tubuh dan dengan lembut menekan dan menggetarkan kulit tubuh dengan cepat dengan mengontraksikan otot-otot ekstremitas atas secara isometrik.

Vibration meningkatkan sirkulasi darah lokal dan melemaskan otot. Getaran digunakan untuk merangsang proses tubuh. Getaran dapat menenangkan jaringan saraf, misalnya saat mengobati radang saraf tepi. Jika rasa sakitnya parah, getaran ringan dapat mengurangi impuls nyeri, sehingga teknik pemijatan lainnya dapat digunakan. Metode getaran didasarkan pada frekuensi getaran pada tubuh.

Berikut contoh penerapan massage olahraga pada atlet sepak bola. Bagian-bagian tubuh yang disarankan menjadi area massage untuk atlet sepak bola[18] , sebagai berikut:

  1. Kaki = aspek plantar kaki (jaringan di bawah kaki yang membentang dari tumit hingga jari-jari kaki)
  2. Pergelangan kaki dan betis = Otot triceps surae, peroneal, dan tibialis anterior.
  3. Kaki, termasuk lutut dan paha = Quadriceps femoris, adduktor, dan otot hamstring
  4. Area gluteal dan pinggul = Gluteus maximus, medius dan minimus, piriformis, dan otot TFL.
  5. Tulang belakang, dengan fokus pada punggung bagian bawah = Otot erector spinae, quadratus lumborum, latissimus dorsi, rhomboids, dan trapezius.
  6. Bahu = Infraspinatus, teres minor, subscapularis, deltoid, dan otot pectoralis mayor dan minor

Gambar 5. Saran area massage untuk atlet sepak bola (Sumber: Jelvéus, 2011)


Referensi:

[1] S. M. Fritz, SPORTS & EXERCISE MASSAGE: Comprehensive Care In Athletics, Fitness, & Rehabilitation. Canada: Elsevier Mosby, 2005. 

[2] M. Cash, Sport & Remedial Massage Therapy. London: Ebury Press, 1996.

[3] M. J. Boyle, Advances in Functional Training Training Techniques for Coaches, Personal Trainers and Athletes. USA: On Target Publications, 2010.

[4] T. O. Bompa, Periodization Training for Sports: program for peak strength in 35 sport, 3rd ed. United States: Human Kinetics, 1999.

[5] K. Premkumar, The Massage Connection: Anatomy And Physiology. Canada: Lippincott Williams & Wilkins, 2004.

[6] T. O. Bompa and G. G. Haff, Periodization: theory and methodology of training, 5th ed. the United States of America: Human Kinetics, 2009.

[7] P. J. Benjamin and S. P. Lamp, Understanding Sports Massage, 2nd edition. Human Kinetics, 2005.

[8] L. Peterson, Sports injuries : prevention, treatment, and rehabilitation. CRC Press Taylor & Francis Group, 2017.

[9] S. Jurch, Pulling Back the Curtain: A Look at Sports Massage Therapy. Jurch Performance Education, 2015.

[10] S. Capellini and michael van weldensteve, Massage for Dummies. New York: Hungry Minds, 1999.

[11] V. B. Issurin, “New horizons for the methodology and physiology of training periodization,” Sport. Med., vol. 40, no. 3, pp. 189–206, 2010, doi: 10.2165/11319770-000000000-00000.

[12] T. Paine, The Complete Guide to Sports Massage, 2nd edition. London, Berlin, New York, Sydney: Bloomsbury, 2013.

[13] S. M. Fritz, Sports & Exercise Massage, 2nd edition. Elsevier Mosby, 2013.

[14] T. O. Bompa and M. C. Carrera, Periodization Training For Sports. 2005.

[15] T. Bompa and C. Buzzichelli, Periodization Training for Sports, Third Edition, 3rd Edition. United States: Human Kinetics, 2015.

[16] Gavin L. Moir, Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Burlington: Jones & Bartlett Learning, 2016.

[17] V. Gambetta, Athletics Development : the art & science of functional sports conditioning. United States: Human Kinetics, 2007.

[18] A. Jelvéus, Integrated Sports Massage Therapy. 2011.

Monday 14 November 2022

SLOW TWITCH AND FAST TWITCH MUSCLE FIBERS

SERAT OTOT TIPE I DAN TIPE II DALAM OLAHRAGA

SERAT OTOT 

Serat Otot (muscle fibers) merupakan salah satu bagian dari susunan struktur otot rangka (skeletal muscle). Serat otot terbentuk dari myofibrils yang bertumpuk-tumpuk dengan sejajar. [1]Serat otot ini membentuk kumpulan yang lebih besar dari fasikulus otot yang bergabung untuk membentuk otot rangka yang kemudian menciptakan gerakan manusia.   

Rangkaian proses sebelum serat otot terbentuk seperti berikut: 

Gambar 1. Proses serat otot terbentuk

Adapun struktur serat otot itu sendiri terdiri dari: 

  1. Sarcolemma : mengandung selaput plasma luar dan selaput bagian dalam yang berhubungan dengan struktur lamina basal.
  2. T Tubules (transverse tubules) : T Tubules memiliki kemampuan untuk bertindak menyebarkan zat ke dalam serat otot.
  3. Sarcoplasmic Reticulum :  merupakan kisi jaringan konduktif yang memiliki tenaga atau kemampuan untuk menembus jauh ke dalam serat otot. Proses ini mengelilingi myofilaments dan mengolahnya menjadi myofibrils

[2]Serabut otot atau cells terdiri dari kumpulan myofibril yang dikelilingi oleh membran (endomysium, sarcolemma). Perlu diketahui Sarcoplasm mengandung enzim, lemak, glikogen, mitokondria (tempat produksi energi aerobik), berbagai macam inti, dan organ-organ lainnya. Fasikula terdiri dari serat otot paralel yang dibungkus oleh membran (perimysium). Otot terdiri dari beberapa fasikulus yang dikelilingi oleh fasia (epimysium). 

Pembentukan serat otot yang baru sangat penting agar otot dapat melaksanakan fungsinya dengan normal. Serat otot yang baru harus dibentuk untuk menggantikan serat otot yang lama atau rusak. Proses pembentukan serat otot ini disebut dengan myogenesis.

Sel Satellite (sel induk) dilepaskan dari basal lamina dan bergerak menuju ke daerah pembentukan serat. Sel Satellite ini kemudian bertambah banyak jumlahnya dan diproses menjadi sel yang lebih fungsional yang disebut myoblast. Myoblast kemudian mengalami proses penggabungan untuk membentuk myotube yang memiliki banyak inti. Myotubes inilah cikal bakal atau dasar pembentukan serat baru yang kemudian berproses secara terus –menerus sampai menghasilkan serat otot yang baru. 

[3]Proses myogenesis ditingkatkan oleh beberapa zat diantaranya seperti; MyoD, Myf5, dan myogenin tetapi dalam prosesnya dicampuri oleh protein yang disebut myostatin. Stimulasi myogenesis meningkatkan pertumbuhan otot sedangkan zat inhibitor membatasi pertumbuhan otot.

[4]Serat otot merupakan sel yang memiliki inti yang banyak, dan diyakini bahwa setiap nukleus melayani volume sarkoplasma yang terbatas kemudian mengendalikan sintesis protein dan berpotensi memberikan batasan ukuran serat. Setiap tipe serat memiliki karakteristik berbeda tergantung pada bentuk gaya atau kekuatan (force) dan daya tahannya. [5]Serat otot unik karena merupakan sel individu dengan banyak inti yang mengandung bahan sel DNA. Hal ini menandakan bahwa serat otot berpotensi lebih besar untuk perbaikan dan hipertrofi melalui sintesis protein karena setiap nukleus hanya mengatur sebagian kecil sel.  

SERAT OTOT DALAM OLAHRAGA

Otot rangka beradaptasi dengan latihan olahraga dengan berbagai cara dan spesifik. Latihan yang di atur secara sistematis menghasilkan banyak gen yang bekerja sehingga meningkatkan fungsi otot kita. [6]Otot rangka terbagi dua tipe serat otot berdasarkan kontraktil otot dan sifat metaboliknya.[7]Serat otot secara umum dikategorikan menjadi dua jenis serat utama: Tipe I dan Tipe II. 

1. Slow-Twitch (ST) atau Serat Tipe I : Sebagian besar merupakan serat daya tahan 

  • Olahraga Aerobik 
  • Otot soleus didominasi Slow-Twitch (ST). 
  • Serat Tipe I memiliki kapasitas gaya yang dihasilkan paling sedikit tetapi memiliki daya tahan tertinggi
  • Atlet yang menggunakan daya tahan, seperti: pelari jarak jauh dan menengah, pengendara sepeda dll. secara umum menggunakan lebih banyak serat Tipe I 
  • Memiliki kecepatan konduksi saraf yang lebih besar, kecepatan kontraktilitas otot, kandungan enzim anaerobik, dan output daya
  • Serat otot lambat bergantung pada kemampuan kapasitas oksigen
  • Lambat lelah
  • Sel saraf yang lebih kecil—memiliki jumlah saraf 10 hingga 180 serabut otot
  • Mengembangkan kontraksi yang panjang dan terus menerus
  • Direkrut selama pekerjaan dengan intensitas rendah dan tinggi

2. Fast-Twitch (FT) atau Serat Tipe II : Sebagian besar adalah serat kekuatan dan power

  • Olahraga Anaerobik 
  • Otot gastrocnemius didominasi Fast-Twitch (FT)  
  • Serat Tipe II memiliki daya tahan paling sedikit tetapi memiliki kekuatan yang besar
  • Atlet yang menggunakan kekuatan/power, seperti: pelari cepat, pelempar, angkat besi, pelompat dll. secara umum menggunakan lebih banyak serat Tipe II 
  • Memiliki aktivitas glikolitik yang tinggi, yang berarti mereka menggunakan glikogen atau bentuk penyimpanan glukosa pada tingkat tinggi.
  • Serat yang tidak membutuhkan oksigen 
  • Cepat lelah
  • Sel saraf besar—menyarafi 300 hingga 500 lebih serat otot
  • Mengembangkan kontraksi pendek dan kuat
  • Direkrut hanya selama pekerjaan berintensitas tinggi

Dalam olahraga kita juga mengenal Serat Otot Hibrida yang berada dalam spektrum serat otot Tipe I dan Tipe II. [8]Rangkaian Tipe serat otot itu terdiri dari Tipe serat I, IC, IIC, IIAC, IIA, IIAB (IIAX), dan IIB (IIX). Meskipun memiliki karakteristik yang berbeda tetapi jenis-jenis serat otot tersebut beroperasi secara berangkai (kontinum). 

 

Gambar 2. Rangkaian tipe serat otot disertakan peringkat untuk kekuatan dan daya tahan. (Sumber:  di adopsi dan di modifikasi dari Ratamess. ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Tahun 2012)

Saat melakukan latihan laktat, serat otot glikolitik atau serat otot cepat dari Tipe IIx mengambil karakteristik serat glikolitik oksidatif serat otot cepat dari Tipe IIa. Namun mereka mendapatkan kembali karakteristik mereka dengan sangat cepat ketika volume latihan mulai berkurang. Saat melakukan latihan kekuatan dengan repetisi tinggi menggunakan beban yang rendah hingga sedang tetapi lebih tinggi dari apa yang mereka hadapi dalam aktivitas khusus olahraga mereka. [7]Jenis latihan ini melatih serat otot slow-twitch dan fast-twitch untuk merespons dengan lebih baik dinamika olahraga yang membutuhkan daya tahan. Karena kelelahan tampaknya terjadi secara bertahap, ketika serat otot lambat (Tipe I) dan serat otot cepat (Tipe IIa) menjadi lelah, serat otot cepat dan kuat (Tipe IIx) direkrut untuk melaksanakan tugas dengan baik.  

[9]Serat otot juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga Tipe, yaitu:

1. Tipe I, atau slow-twitch oxidative (SO);

Serat otot Tipe I (SO) mempunyai kepadatan mitokondria yang tinggi dan karenanya sangat aerobik dan tahan lelah. Serat-serat ini memiliki kecepatan pengembangan tegangan yang lambat dan diameternya lebih kecil, sehingga tegangan maksimumnya lebih rendah.

2. Tipe IIA, atau fast-twitch oxidative-glycolytic (FOG)

Serat otot Tipe IIA (FOG) mempunyai karakteristik serat Tipe I dan Tipe IIB. Serat otot Tipe IIA memiliki kapasitas aerobik dan anaerobik yang relatif tinggi, sehingga mereka mengembangkan ketegangan dengan cepat dan dapat mempertahankannya untuk jangka waktu yang lama

3. Tipe IIB, atau fast-twitch glycolytic (FG).

Serat otot Tipe IIB (FG) kaya glikogen dan miskin oksigen. Serat-serat ini memiliki kapasitas anaerobik yang tinggi dan kapasitas aerobik yang rendah, sehingga mereka cepat lelah, tetapi laju perkembangan tegangannya cepat. Serat Tipe IIB berdiameter lebih besar dari serat Tipe I, sehingga dapat menghasilkan tegangan yang lebih besar, tetapi tidak untuk jangka waktu yang lama.

Proses dan struktur tipe serat otot dapat meningkatkan gaya atau kekeuatan (force), power, dan daya tahan seseorang. Perubahan yang terjadi akibat aktivitas enzim otot rangka, proses substrat, proses reseptor, kepadatan kapiler dan mitokondria, dan kandungan protein semua itu dapat meningkatkan kondisi fisik atau meningkatkan prestasi atlit olahraga. [10]karakteristik jenis serat otot seorang atlet memainkan peran penting dalam kemampuan atlet untuk menunjukkan kekuatan otot yang maksimal dan kapasitas pembangkit tenaga. [11]Serat otot antara pria dan wanita tidak ada perbedaan dalam hal distribusi jenis serat dan karakteristik susunan jaringannya, hanya saja pada pria cenderung memiliki luas penampang serat otot yang lebih besar daripada wanita.  Bertambahnya usia baik pria maupun wanita akan mempengaruhi kinerja serat otot.  [12]Jumlah serat otot akibat efek penuaan yang paling berbahaya adalah hilangnya massa otot rangka (sarkopenia). Proses ini dihasilkan dari pengurangan jumlah serat otot dan atrofi serat yang tersisa. 

Gambar 3. Jumlah serat otot berdasarkan otot di tubuh. (Sumber: Di adopsi dari Gavin L. Moir. Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Tahun 2016)

Komposisi jenis serat otot ditentukan secara genetik dan merupakan salah satu atribut yang dapat mengarahkan atlet untuk berpartisipasi dalam olahraga tertentu. Adapun kontribusi dari Serat otot Tipe I dan Tipe II pada beberapa cabang olahraga, sebagai berikut: 

Gambar 4. Serat otot Tipe I dan Tipe II pada cabang olahraga. (Sumber:  Di adopsi dari Martin. Sports Performance Measurement and Analytics. Tahun 2016)

[13]Proporsi dan diameter serat otot Tipe II dan koordinasi neuromuskular, sangat penting untuk gerakan manusia tipe eksplosif, seperti lari cepat dan lompat. Otot-otot orang rata-rata mengandung sekitar 50% hingga 55% serat Tipe I, 30% hingga 35% serat Tipe IIA, dan 15% serat Tipe IIB, tetapi ada banyak variasi. Atlet yang terlibat dalam aktivitas daya tahan memiliki persentase serat Tipe I yang lebih tinggi dari biasanya, sedangkan pada aktivitas yang membutuhkan power atau daya ledak, misalnya: angkat besi, lari cepat, melompat, melempar, dan sebagainya) memiliki persentase Tipe II yang lebih tinggi dari normalnya. [14]Serat Tipe II sangat mudah lelah dan lebih rentan terhadap kerusakan otot.

[15]Beberapa orang secara genetik dilahirkan dengan jumlah serat otot yang lebih banyak daripada yang lain, oleh karena itu potensi genetik mereka untuk hipertrofi lebih besar. Jadi tidak semua orang memiliki rasio serat otot Tipe I dan Tipe II yang sama. Orang yang memiliki proporsi serat Tipe II yang lebih besar memiliki potensi genetik yang lebih besar pula untuk menjadi lebih kuat, tingkat keberhasilan dalam cabang olahraga yang menggunakan kekuatan tertentu seperti misalnya pada latihan beban. Sebaliknya juga demikian, orang yang memiliki persentase serat Tipe I yang lebih tinggi memiliki potensi genetik yang lebih besar untuk berhasil dalam cang olahraga yang membutuhkan tingkat kekuatan yang lebih rendah dan tingkat daya tahan otot yang lebih besar, misalnya pada olahraga renang jarak jauh dan lari maraton.  

SUMBER PUSTAKA

  1. D. Hansen and S. Kennelly, Plyometric anatomy. United States of America: Human Kinetics, 2017.
  2. J. Ylinen, Stretching therapy for sport and manual therapy, no. July. 2008.
  3. Ni. Ratamess, ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sidney, Tokyo: Lippincott Williams & Wilkins, 2012.
  4. Gavin L. Moir, Strength and Conditioning : A Biomechanical Approach. Burlington: Jones & Bartlett Learning, 2016.
  5. L. E. Brown, Strength Training, Second. United States, Canada, Europe, Australia, New Zealand: Human Kinetics, 2017.
  6. B. Schoenfeld, Science and Development of Muscle Hypertrophy. 2016.
  7. T. Bompa and C. Buzzichelli, Periodization Training for Sports, Third Edition, 3rd Editio. United States: Human Kinetics, 2015.
  8. [L. Martin, Sports Performance Measurement and Analytics. New Jersey: Pearson Education, Inc, 2016.
  9. P. M. McGinnis, Biomechanics of sport and exercise, Third edit. Human Kinetics, 2013.
  10. T. O. Bompa and G. G. Haff, Periodization: theory and methodology of training, 5th ed. the United States of America: Human Kinetics, 2009.
  11. A. Turner, Routledge Handbook Of Strength And Conditioning: Sport-specific Programming for High Performance. New York, USA: Routledge Taylor & Francis Group, 2018.
  12. C. Baldari, “Modern trends in Strength and Conditioning,” J. Sports Med. Phys. Fitness, vol. 53, pp. 1–66, 2013.
  13. D. S. Pablo, Exercise Science and Sports Medicine. New York, USA: Academic Pages, 2017.
  14. [S. Garcia-vicencio et al., “A Moderate Supplementation of Native Whey Protein Promotes Better Muscle Training and Recovery Adaptations Than Standard Whey Protein – A 12-Week Electrical Stimulation and Plyometrics Training Study,” Front. Physiol., vol. 9, no. 9, pp. 1–12, 2018, doi: 10.3389/fphys.2018.01312.
  15. T. R. Baechle, R. W., and Earle, Weight training : steps to success, 4th ed. United States, Canada, Europe, Australia, New Zealand: Human Kinetics, Inc., 2012.

Monday 3 October 2022

TES DAN PENGUKURAN OLAHRAGA

Tes dan Pengukuran Olahraga

Tinjauan Tes dan Pengukuran Olahraga

Tes dan pengukuran olahraga merupakan salah satu komponen yang sangat penting di dalam latihan olahraga. Langkah pertama seorang pelatih untuk memulai latihan olahraga adalah melakukan tes dan pengukuran [1]. Tes dan pengukuran juga dapat digunakan untuk tujuan pendidikan untuk menginformasikan siswa, orang tua, dan guru penjas mengenai keterampilan tertentu yang mungkin penting untuk olahraga pendidikan. Penggunaan tes dan pengukuran yang tepat oleh pelatih dapat menghasilkan data yang berkualitas untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan [2]. Baru-baru ini, hasil tes dan pengukuran juga telah digunakan untuk membantu dalam pencegahan cedera melalui prehabilitasi atau untuk mengidentifikasi ketidakseimbangan otot. Pelatih didorong untuk melakukan tes dan pengukuran secara menyeluruh atau sebagian secara teratur sebagai sarana untuk memantau kemajuan atletnya [3]. 

Tes dan pengukuran olahraga dapat memberikan informasi berharga tentang tingkat kebugaran fisik atlit, menunjukkan peningkatan progresif atlit dari waktu ke waktu sebagai hasil dari program latihan. kemudian tes dan pengukuran dapat memberikan umpan balik yang bermanfaat kepada pelatih dan atlit dalam pengembangan olahraga jangka panjang [4]. Tes dan pengukuran harus dilakukan secara berkala atau sistematis. Sesi tes dan pengukuran olahraga juga bertujuan mengevaluasi pengaruh fisiologis atlet terhadap performa latihan dan sebagai alat untuk menyeleksi atlit serta mengukur kesiapan atlet menghadapi kompetisi-kompetisi olahraga [5]. Tes dan pengukuran paling sederhana yang digunakan untuk mengetahui perkembangan dalam latihan adalah tes dan pengukuran kondisi fisik. 


Prinsip tes dan pengukuran olahraga

Untuk mencapai efektivitas atau bukti kuat dari hasil tes dan pengukuran olahraga, maka adapun prinsip – prinsip tes dan pengukuran olahraga sebagai berikut:

1. Kekhususan (Specificity)
Tahapan dalam tes dan pengukuran olahraga mengandalkan prinsip utama, yaitu kekhususan pada olahraga atau aktivitas yang diminati. 
2. Keabsahan (Validity)
Secara umum, validitas mengacu pada kemampuan penilaian untuk mengukur apa yang hendak diukur, tetapi dapat diperluas untuk mencakup gagasan validitas ekologis di mana hasil tes dan pengukuran olahraga dibuat. 
3. Keandalan (Reliability)
Konsep reliabilitas yang mengacu pada konsistensi memperoleh nilai tertentu, sehubungan dengan peralatan/instrumen yang digunakan untuk melakukan tes dan pengukuran.
4. Waktu (Time)
Waktu adalah komponen penting dalam tes dan pengukuran. Waktu tes dan pengukuran harus diperhatikan atau disesuaikan kepada masing-masing cabang olahraga atau aktivitas.
5. Jumlah Atlet 
Jumlah atlet yang akan melaksanakan tes dan pengukuran disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Pelatih harus mengatur dan mengelola waktu seperti; berapa lama tes dan pengukuran dilaksanakan dan berapa lama atlit dapat menyelesaikan tes dan pengukuran tersebut.
6. Berurutan (Sequencing)
Dalam melaksanakan tes dan pengukuran pada atlit, tugas seorang pelatih harus mampu menyusun tes secara berurutan atau sistematis dan penuh perhitungan. Hal ini dimaksudkan agar atlit dalam melaksanakan tes dan pengukuran tidak mengalami penurunan tingkat kebugarannya ataupun timbul rasa jenuh yang dapat mempengaruhi penilaian dalam tes dan pengukuran 

Komponen- komponen tes dan pengukuran

Secara umum komponen-komponen tes dan pengukuran terdiri atas [6]:

  1. Nama Tes dan Pengukuran
  2. Tujuan tes dan pengukuran
  3. Alat dan Perlengkapan tes dan pengukuran
  4. Prosedur/Tata cara pelaksanaan tes dan pengukuran
  5. Penilaian tes dan pengukuran 
  6. Data Normatif atau Nilai standar tes
  7. Kelompok sasaran (umur,jenis kelamin, dll.) tes dan pengukuran
  8. Realibilitas tes dan pengukuran
  9. Validitas tes dan Pengukran

Perencanaan tes dan pengukuran olahraga

Tes dan pengukuran olahraga idealnya, dilakukan pada awal siklus latihan pra-musim karena hasil tes dan pengukuran yang dilakukan pada titik waktu ini akan memberikan informasi data dasar tentang kelebihan dan kelemahan atlit yang akan digunakan untuk membuat atau menyusun program latihan [7]. 

Berikut pedoman sebelum melaksanakan tes dan pengukuran olahraga [8]:

  1. Kenakan pakaian dan sepatu olahraga untuk tes dan pengukuran.
  2. Jangan makan selama 2 jam sebelum pengujian (termasuk minum kopi atau teh)
  3. Jangan mengkonsumsi alkohol selama 24 jam sebelum tes dan pengukuran.
  4. Jangan merokok selama 2 jam sebelum tes dan pengukuran.
  5. Jangan berolahraga pada hari pelaksanaan tes dan pengukuran.

Penting untuk diingat bahwa ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes dan pengukuran olahraga , antara lain:

  • Suhu lingkungan, tingkat kebisingan dan kelembaban
  • Kualitas tidur yang dimiliki atlet sebelum tes dan pengukuran 
  • Keadaan emosional atlet 
  • Obat yang  dikonsumsi atlet
  • Jam dan hari
  • Waktu sejak makan terakhir atlet
  • Kondisi permukaan lapangan (lintasan lari, rumput, jalan, gym)
  • Pengetahuan/pengalaman tes sebelumnya dari atlet
  • Akurasi pengukuran (waktu, jarak, dll)
  • Atlet yang benar-benar menerapkan upaya maksimal dalam tes dan pengukuran
  • Kurang pemanasan 
  • Jumlah atlit yang hadir
  • Kepribadian, pengetahuan, dan keterampilan pelaksana tes dan pengukuran

Alat dan Perlengkapan tes dan pengukuran olahraga

Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk tes dan pengukuran olahraga merupakan komponen utama keberhasilan pelaksanaan tes dan pengukuran. Anggaran untuk Alat dan perlengkapan tes dan pengukuran olahraga harus benar-benar disiapkan, karena semakin rumit tes dan pengukuran yang dilakukan maka biaya yang dibutuhkan untuk membeli Alat dan perlengkapan tes dan pengukuran juga sangatlah besar. Mungkin beberapa Alat dan perlengkapan tes dan pengukuran seperti: bangku, spidol, barbel, kerucut, stopwatch, timbangan, meteran dll. masih dapat terjangkau. Akan tetapi jika kita memakai alat perlengkapan tes dan pengukuran yang menggunakan teknologi (kamera digital, komputer, sensor/ infra red, dll.) yang inovatif dan canggih, sudah pasti biayanya sangat mahal.  

Berikut jenis Alat dan perlengkapan tes dan pengukuran untuk mengukur komponen fisik dasar (basic physical fitness), yaitu:

  1. Alat dan perlengkapan antropometri : Seperti stadiometer dan skinfold calipers.
  2. Alat dan perlengkapan resistensi : Termasuk barbel dan dumbel atau beban menggunakan mesin, medicine ball, sandbags, sleds dan weight vests
  3. Alat dan perlengkapan berbasis gravitasi dan implementasi lainnya: Alat seperti plyometric boxes, step benches, stairs, ataukah overhead mounted ropes mengharuskan atlet untuk memindahkan berat badan mereka untuk melakukan tugas yang dapat diukur dan dievaluasi. Freestanding atau pull-up bars atau dip stations, handgrip dynamometers. Selain itu, alat yang digunakan untuk menguji keseimbangan, misalnya: balok keseimbangan dan bantalan stabilitas busa ataukah untuk membantu mencapai posisi tubuh tertentu. Bantalan atau bangku khusus mungkin juga diperlukan untuk melakukan tes dan pengukuran keseimbangan.
  4. Alat dan perlengkapan mengukur jarak atau panjang : Untuk pengukuran panjang yang lebih pendek, menggunakan meteran mungkin cukup, sementara jarak yang lebih jauh mungkin memerlukan pita pengukur yang lebih panjang. Permukaan standar seperti lintasan lari, lapangan rumput, atau lapangan basket. Pengukuran jenis skala besar seperti: measuring wheel, field string dan field paint. pengujian fleksibilitas dapat dilakukan dengan menggunakan sit and reach test dengan sistem pengukuran built-in dan pengujian lompat vertikal (vertical jump)
  5. Alat dan perlengkapan mengukur waktu : Peralatan untuk mencatat waktu adalah stopwatch, timing gates menampilkan infrared photocells tersedia untuk penilaian kecepatan dan kelincahan. 
  6. Alat dan perlengkapan menghitung denyut jantung dan monitor GPS : Menghitung secara manual jumlah detak jantung selama jumlah waktu yang ditentukan menggunakan arloji atau jam, banyak jam tangan sekarang juga menampilkan kemampuan sistem penentuan posisi global disebut GPS yang memungkinkan penentuan kecepatan dan akselerasi selain waktu dan jarak.
  7. Treadmills dan rowing ergometers : Tes dan pengukuran dilakukan menggunakan treadmill dan ergometer. Dalam kasus di mana cuaca buruk atau kesulitan dalam menentukan kondisi terkontrol atau kondisi geografi, menggunakan treadmill mungkin adalah pilihan yang ideal. 
  8. Instrumen dan kuesioner : Beberapa tes dan pengukuran dapat disampaikan sebagai instrumen kertas atau elektronik atau kuesioner. 
  9. Pakaian olahraga atau seragam khsusus olahraga : Pakaian dan seragam yang digunakan saat melakukan tes dan pengukuran sangat mempengaruhi hasil tes dan pengukuran. Misalnya: alas kaki menggunakan sepatu dan yang memakai sendal jepit pasti hasil teskurnya akan berpengaruh. Jadi dalam pelaksanaan tes dan pengukuran khusus olahraga harus menggunakan seragam standar yang biasanya digunakan saat latihan.
  10. Formula matematika dan nomogram : Data hasil tes dan pengukuran dapat digunakan untuk memperkirakan tes dan pengukuran lainnya yang mungkin sulit diukur. Formula matematika dan nomogram ini tidak membutuhkan peralatan yang mahal. Data-data hasil tes dan pengukuran ini berasal dari hasil penelitian yang telah dianalisis statistik. 


Jenis tes dan pengukuran olahraga

Tes dan pengukuran berbasis lapangan (Field-based tests) merupakan jenis tes dan pengukuran yang umumnya digunakan pada olahraga baik secara tim ataupun individu. Karena tes dan pengukuran dilakukan di lapangan, maka biaya yang dikeluarkan saat melakukan tes dan pengukuran tidak terlalu besar, tidak seperti jika melakukan tes dan pengukuran menggunakan laboratorium. Jumlah orang yang dapat kita tes dan ukur bisa lebih banyak jika menggunakan lapangan dan juga waktu yang dibutuhkan relatif jadi lebih singkat saat melaksanakan tes dan pengukuran. Desain protokol tes dan pengukuran berbasis lapangan sering dimodifikasi agar lebih spesifik atau dangan kata lain bentuk tes dan pengukurannya dibuat semirip mungkin dengan ciri khas dari cabang olahraganya [9]. 

Jenis tes dan pengukuran olahraga dapat juga dibagi atas dua jenis [10], yaitu:

  1. Tes dan pengukuran yang berhubungan dengan kesehatan meliputi tes dan pengukuran untuk komposisi tubuh, kekuatan dan daya tahan otot, daya tahan kardiovaskular, dan kelentukan (body composition, muscle strength and endurance, cardiovascular endurance, and flexibility).
  2. Tes dan pengukuran yang berhubungan dengan keterampilan mencakup tes dan pengukuran untuk kekuatan, kecepatan, kelincahan, dan keseimbangan/koordinasi (power, speed, agility, and balance/coordination). 

Adapun jenis tes dan pengukuran olahraga yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah tes dan pengukuran komponen fisik dasar (basic physical fitness), antara lain:

  1. Antropometrik dan komposisi tubuh (anthropometrics and body composition)
  2. Kelentukan dan keseimbangan (flexibility and balance)
  3. Kecepatan dan kelincahan (speed and agility)
  4. Daya ledak dan eksplosif (power dan explosiveness)
  5. Kekuatan otot dan daya tahan otot (muscular strength and endurance)
  6. Daya tahan jantung (cardiovascular fitness)
  7. Pemantauan Latihan (Monitoring Training)

1. Antropometrik dan komposisi tubuh (anthropometrics and body composition)

Antropometrik adalah istilah yang terkait dengan bidang antropologi dan berkaitan dengan pengukuran perbandingan tubuh manusia. Biasanya di bidang personal training, pengukuran antropometrik mengukur lebar, panjang, ketebalan, dan keliling komposisi tubuh (mis., Lingkar lengan atas, dll.). Antropometrik memiliki pengaruh besar pada kapasitas dan atribut fisik apa yang dapat dilatih dalam konteks spesifik olahraga [11]. 

Komposisi tubuh mengacu pada jumlah jaringan lemak dan bebas lemak di dalam tubuh [12]. Massa bebas lemak/massa tubuh tanpa lemak adalah komponen yang terdiri dari tulang, otot, air, dan jaringan nonfat lainnya. 

Komposisi tubuh dapat diukur dengan tes dan pengukuran di laboratorium dan di luar laboratorium.  Mengukur tubuh dengan menyeluruh atau bervariasi. Untuk biaya dan tingkat akurasi alat tes pengukuran komposisi tubuh bervariasi. 

Adapun tes dan pengukuran untuk komposisi tubuh, sebagai berikut:

  1. Tinggi dan berat badan
  2. Body mass index  (BMI)
  3. Rasio pinggang-pinggul (ukuran lingkar pinggang dan pinggul)
  4. Lipatan kulit (skinfolds)
  5. Bioelectrical impedance analysis (BIA)


Secara umum atau biasanya pengukuran dasar antropometrik, massa, komposisi tubuh, dan rentang gerak atau disebut juga range of motion (ROM) akan dilakukan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan melakukan tes dan pengukuran komponen fisik dasar yang lainnya.

2. Kelentukan dan keseimbangan (flexibility and balance)

Kelentukan adalah kemampuan untuk menggerakkan sendi melalui berbagai gerakan [13]. Latihan kelentukan harus menargetkan unit otot-tendon utama dari bahagian bahu, dada, leher, batang tubuh, punggung bawah, pinggul, kaki (posterior dan anterior), dan pergelangan kaki [14]. Rentang gerak maksimum menghasilkan gerakan fleksibilitas [15].

Adapun Tes dan pengukuran kelentukan dan keseimbangan, sebagai berikut : 

  1. Sit-and-reach test 
  2. Back-scratch test 
  3. Total body rotation test 
  4. Shoulder elevation test 
  5. Tandem gait test
  6. Functional reach test 
  7. Balance error scoring system (BESS)
  8. Lumbar stability tests 



3. Kecepatan dan kelincahan (speed and agility)

Kecepatan adalah jarak gerakan per satuan waktu dan biasanya diukur sebagai waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak [16]. Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu keterampilan motorik secepat mungkin. Kecepatan adalah bagian integral dari olahraga.

Kelincahan secara tradisional dianggap sebagai kemampuan untuk berhenti, memulai, dan mengubah arah seluruh tubuh dengan cepat. Kelincahan terdiri dari dua komponen utama: kecepatan dalam mengubah arah dan faktor kognitif.

Adapun tes dan pengukuran kecepatan dan kelincahan, sebagai berikut:

  1. T-test
  2. 5-10-5 test (pro agility or 20-yard shuttle run)
  3. 300-yard shuttle run
  4. Three-cone drill 
  5. Y-shaped reactive agility test  
  6. Repeated sprint ability test 
  7. Repeated change-of-direction test
  8. Hexagon agility test 
  9. Straight-line sprint 


4. Power dan daya ledak (power dan explosiveness)

Power adalah hasil dari gabungan kemampuan antara kekuatan dan kecepatan. Power merupakan kemampuan untuk menerapkan kekuatan tertinggi dalam waktu singkat [17]. Power otot (muscular power) adalah kemampuan otot untuk mengerahkan sejumlah kekuatan per satuan waktu, juga disebut sebagai daya ledak (explosiveness). 

Adapun tes dan pengukuran power dan daya ledak, sebagai berikut:

  1. Vertical jump test 
  2. Single-leg triple hop test
  3. Standing long jump test
  4. Medicine ball chest pass test
  5. Stair sprint power (Margaria-Kalamen) test 
  6. Rowing ergometer peak power test
  7. Forward overhead medicine ball throw test
  8. Backward overhead medicine ball throw test 
  9. Rotating medicine ball throw test


5. Kekuatan otot dan daya tahan otot (muscular strength and endurance)

Kekuatan otot didefinisikan sebagai satu kali kekuatan maksimal yang diberikan pada daerah sendi atau kelompok otot [18]. 

Daya tahan otot juga khusus untuk sendi dan kelompok otot. Daya tahan otot menunjukkan kemampuan untuk menerapkan kekuatan berulang kali dari waktu ke waktu.

Adapun tes dan pengukuran kekuatan otot dan daya tahan otot, sebagai berikut: 

  • One-repetition maximum strength test: 

    1. Back squat
    2. Leg press 
    3. Bench press 
    4. Bench pull

  • Multiple-repetition maximum strength test 
  • Maximal handgrip strength test 
  • Static muscular endurance tests: 

    1. Prone bridge or plank 
    2. Half-squat or wall-sit 
    3. Flexed-arm or bent-arm hang 

  • Dynamic muscular endurance tests: 

    1. Partial curl-ups or bent-knee sit-ups
    2. Push-ups 
    3. Squats
    4. Pull-ups 

  • YMCA bench press test


6. Daya tahan jantung (cardiovascular fitness)

Daya tahan jantung adalah fungsi dari kapasitas aerobik tubuh atau kemampuannya untuk mengambil dan menggunakan oksigen melalui paru-paru, jantung, dan otot selama latihan. Daya tahan jantung identik dengan olahraga aerobik, dimana sistem energi dipengaruhi oleh penggunaan oksigen saat melakukan aktivitas olahraga.

Adapun tes dan pengukuran daya tahan jantung, sebagai berikut:

  1. Yo-Yo intermittent recovery test 
  2. Distance-based walk and run tests 
  3. 20-meter multi-stage shuttle run (or PACER or beep test)
  4. Time-based walk or run tests (12-minute test) 
  5. 45-second squat test (or Ruffier-Dickson test) 
  6. Submaximal step test (or Queens College or YMCA step test) 
  7. Submaximal rowing ergometer test 


7.  Monitoring Training

Seorang pelatih dapat mengetahui apakah atlet mengalami kemajuan atau tidak  melalui hasil tes dan pengukuran monitoring training secara berkala. Monitoring training secara ketat membantu pelatih mencegah overtraining, kelelahan, dan cedera. Monitoring dilakukan selama kegiatan pelatihan (teori dan praktek), pelaksanaan, sampai dengan tahap pendampingan[19]. 

Adapun tes dan pengukuran monitoring training, sebagai berikut:

  1. Heart rate measurement 
  2. Body weight maintenance and hydration status
  3. Fluid loss evaluation 
  4. External training load 
  5. Internal training load 
  6. Perceptual well-being 
  7. Physical readiness


Sumber :

[1] S. Schlosberg, M. A. Liz Neporent, and T. S. Drenth, Fitness For Dummies. 2005.

[2] D. H. Fukuda, Assessments for Sport and Athletic Performance. Human Kinetics, 2019.

[3] H. Ramsbottom, “Strength and Conditioning for Gymnastics,” Gymnast. BC, 2018.

[4] A. Dean et al., Advanced fitness assessment & exercise prescription, vol. 35, no. 11. 1998.

[5] T. O. Bompa and G. G. Haff, Periodization: theory and methodology of training, 5th ed. the United States of America: Human Kinetics, 2009.

[6] B. Mackenzie, 101 Performance Evaluation Test. London: Electric Word plc, 2005.

[7] A. Turner and P. Comfort, Advanced Strength and conditioning: An Evidence-based Approach. New York: Routledge, 2018.

[8] A. L. Golding, R. C. Myers, and E. W. Sinning, Y’s Way to Fitness Testing. 1989.

[9] P. Gamble, Strength and conditioning for team sports : sport-specific physical preparation for high performance. 2010.

[10] Ni. Ratamess, ACSM’s Foundation of Strength Training and Conditioning. Philadelphia, Baltimore, New York, London, Buenos Aires, Hongkong, Sidney, Tokyo: Lippincott Williams & Wilkins, 2012.

[11] A. Turner, Routledge Handbook Of Strength And Conditioning: Sport-specific Programming for High Performance. New York, USA: Routledge Taylor & Francis Group, 2018.

[12] J. A. Potteiger, ACSM’s introduction to exercise science: Second edition. 2013.

[13]L. Martin, Sports Performance Measurement and Analytics. New Jersey: Pearson Education, Inc, 2016.

[14] S. Blair et al., Guidelines for Exercise Testing and Prescription, Fourth Edition, vol. 23, no. 10. 1991.

[15] T. O. Bompa and M. C. Carrera, Periodization Training For Sports. 2005.

[16] G. G. Haff and T. N. Travis, Essentials of Strength Training and Conditioning, IV. USA: Human Kinetics, 2016.

[17] T. Bompa and C. Buzzichelli, Periodization Training for Sports, Third Edition, 3rd Editio. United States: Human Kinetics, 2015.

[18] W. R. Thompson, ACSM’S: Rersources for the Personal Trainer, 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2010.

[19] Sujarwo, I. Samsi, and L. Wibawa, “The Implementation Of Study Tour Learning Model To Nurture Environmental Care Behavior,” Yogyakarta State Univ., vol. 01, pp. 1–7, 2017, [Online]. Available: http://www.albayan.ae.

Sumber Gambar:

shorturl.at/ERSW7 shorturl.at/aHPVX shorturl.at/cdNU5 shorturl.at/aef24 shorturl.at/bfJMQ  

shorturl.at/pqtW2 shorturl.at/afgv6 shorturl.at/vWZ89 shorturl.at/fpT48 shorturl.at/aEW06  

shorturl.at/fqW15 shorturl.at/AMNR0 shorturl.at/dgpv7 shorturl.at/bLQTZ shorturl.at/EPTZ6  

shorturl.at/cjmrU shorturl.at/jEHUY shorturl.at/knuOR shorturl.at/ghs24 shorturl.at/ghov5  

shorturl.at/bGQ27 shorturl.at/enX58 shorturl.at/bLO12 shorturl.at/JKNZ6 shorturl.at/dgkP2  

shorturl.at/vXZ26  shorturl.at/eJKYZ shorturl.at/jXZ37 shorturl.at/AFJQ7 shorturl.at/abQ06

MOTOR LEARNING

MOTOR LEARNING 🎯Olahraga dalam pendidikan merupakan kegiatan belajar yang dapat menghasilkan kemampuan, keterampilan, atau keahlian gerak d...

OnClickAntiAd-Block